__________________________________________________________________________________

| Nawawi | Aqeedah | Fiqh | Anti Syirik | Galeri Buku | Galeri MP3 | U-VideOo |
__________________________________________________________________________________

Friday, May 29, 2009

Syaikh Dr. Soleh Fauzan al-Fauzan Ditanya Berkenaan "Jama'ah Islam"

Syaikh Dr. Soleh Fauzan al-Fauzan Ditanya Berkenaan "Jama'ah Islam"

http://bahaya-syirik.blogspot.com

Syaikh Soleh Fauzan ditanya:

Kita banyak mendengar apa yang dinamakan dengan jama’ah Islam di masa ini di pelbagai tempat dari penjuru dunia. Adakah terdapat dasarnya dari penamaan sedemikian? Adakah boleh untuk kita bergabung bersama mereka di mana apabila mereka tidak memiliki bid’ah?

Jawaban Syaikh:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was Salam telah memberitahu dan menjelaskan kepada kita bagaimana sepatutnya kita menghadapinya. Beliau tidak meninggalkan sedikit pun sesuatu yang akan mendekatkan umatnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla melainkan beliau telah menerangkannya. Beliau juga tidak meninggalkan sedikit pun dari sesuatu yang akan menjauhkan mereka dari Allah ‘Azza wa Jalla melainkan beliau telah menerangkannya. Di antaranya adalah di dalam persoalan ini. Beliau bersabda:

“Sesungguhnya sesiapa yang hidup di antara kalian, niscaya dia akan melihat perselisihan yang amat banyak.”

Akan tetapi apakah penawar ketika terjadi keadaan tersebut? Beliau bersabda:

“Wajib ke atas kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Peganglah erat-erat dan gigitlah dengan gigi geraham kalian serta jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru dalam agama kerana setiap perkara baru di dalam agama itu bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”

Jama’ah ini semuanya, jika bersesuaian dengan petunjuk Nabi dan para sahabatnya terutama para khulafaur rasyidin dan generasi yang utama. Maka jama’ah apa pun ia jika memang di atas manhaj ini, kita pun bersamanya, menisbatkan diri kepadanya, dan beramal bersama-samanya. Akan tetapi siapa sahaja yang menyelisihi petunjuk Nabi, maka kita pun akan menjauhinya walaupun dia menamakan dirinya sebagai jama’ah Islam. Yang diambil kira bukanlah namanya, tetapi hakikat pegangannya. Ada pun berkenaan dengan nama, terkadang ia kelihatan hebat, namun di dalamnya tiada apa-apa atau malahan mengandungi kebatilan.

Rasulullah bersabda:

“Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan dan Nashrani telah terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan yang kesemuanya berada di neraka melainkan hanya satu golongan.” Kami (para sahabat) bertanya: “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Orang yang keadaannya seperti keadaanku dan para sahabatku pada hari ini.”

Jalan yang benar itu jelas. Jama’ah yang padanya terdapat ciri seperti ini, kita pun akan bersamanya. Siapa sahaja yang keadaanya sama seperti keadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was Salam dan para sahabatnya, mereka itulah jama’ah Islam yang sebenar.

Ada pun orang yang menyelisihi manhaj ini dan berjalan di atas manhaj yang lain, maka ia bukan dari golongan kita dan kita pun bukan dari golongan mereka. Kita tidak menisbatkan diri kepadanya dan mereka tidak boleh menisbatkan diri kepada kita. Mereka tidak dinamakan jama’ah, akan tetapi mereka adalah salah satu kelompok dari kelompok-kelompok yang sesat. Kerana jama’ah itu tidak mungkin ada melainkan di atas kebenaran yang manusia berkumpul padanya. Ada pun sesuatu yang batil hanyalah akan memecah-belah bukannya menyatukan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu).”

Sumber:

Syaikh Jamal bin Furaihan al-Haritsi, Jawab Tuntas Masalah Manhaj (Judul Asli: Al-ajwibah al-Mufidah ‘an As’ilah Manahij al-Jadidah), Terbitan/terjemahan: Pustaka al-Haura’.

89 - Jadilah Orang Yang Gembira, Jangan Jadi Tuli Dan Buta

Jadilah Orang Yang Gembira, Jangan Jadi Tuli Dan Buta

http://bahaya-syirik.blogspot.com

“Ada pun orang-orang yang beriman. Maka surah ini menambahkan imannya, sedang mereka merasa gembira...” (Surah at-Taubah, 9: 124-125)

Jadilah orang yang gembira dengan ayat-ayat Allah. Di mana dia berasa tenang dan aman tenteram hatinya. Bertambah khusyu’ penghayatannya, dan gementar hatinya di saat ayat-ayat Allah dibacakan kepada mereka.

“Orang-orang yang apabila disebut Nama Allah gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (kerananya) dan kepada Allah-lah mereka bertawakkal.” (Surah al-Anfal, 8: 2)

Berbeza sekali dengan orang-orang yang berpenyakit di hatinya, mereka bertambah ingkar dengan hakikat kebenaran ayat-ayat Allah.

Apabila dibacakan ayat-ayat Allah atau dihadapkan dengan kebenaran ke atas mereka, mereka lantas menjadi tuli, buta atau pun terus berpaling.

“Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.” (Surah al-Furqan, 25: 73)

Maka, janganlah kita bersikap ingkar dengan hakikat sebuah kebenaran. Seperti sebahagian keadaan manusia yang kafir (ingkar) terhadap ayat-ayat Allah. Apabila didatangkan kepada mereka ayat-ayat Allah dan kalam Rasul-Nya, mereka lantas berbuat tuli (pekak) dan seakan-akan tidak nampak, tidak mahu memahaminya.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakannya dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Surah al-A’raaf, 7: 179)

Tidak kurang juga mereka yang mentakwil-takwil (mengubah makna) dan menyelewengkan ayat-ayat Allah dengan menggunakan perkataan manusia-manusia tertentu. Dengan mengatakan,

“... Tetapi si fulan telah berkata begini...”

“Tetapi, si dia telah mengatakan begitu... dan begini...”


Kerana mengikutkan kata-kata si fulan dan si anu, akhirnya mereka menolak hakikat perkataan Allah dan Rasul-Nya.

“... janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, iaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: “Kami telah beriman”, padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka mengubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: “Jika diberikan ini (yang sudah diubah-ubah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah”. Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (Surah al-Ma’idah, 5: 41)

Wallahu a’lam...